JURNAL SKRIPSI
PERBEDAAN HASIL BELAJAR STANDAR KOMPETENSI
MEMAHAMI DASAR – DASAR ELEKTRONIKA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
DAN MENGGUNAKAN METODE EKSPOSITORI
DI SMK NEGERI 34 JAKARTA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Kompetensi Keahlian
Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Negeri 34 Jakarta)

IWAN ROBINGUN WAHID
5215102631
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIK
ABSTRAK
Hendra Hernawan, Perbedaan Hasil Belajar Standar Kompetensi Memahami Dasar - Dasar Elektronika Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dan Menggunakan Metode Pembelajaran Ekspositori Di SMKN 34 Jakarta (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Negeri 34 Jakarta). Pembimbing FARIED WADJDI dan EDI SUTADI.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar standar kompetensi memahami dasar – dasar elektronika pada siswa kelas X (sepuluh) dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan dengan menggunakan metode pembelajaran Ekspositori. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 34 Jakarta semenjak bulan Oktober 2010 hingga Desember 2010. Sampel yang digunakan ialah siswa kelas X (sepuluh) yang terbagi dalam dua kelas yakni XL1 dan XL2. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random cluster sampling sebanyak 25 siswa pada kelas XL1 dan 25 siswa pada XL2. Instrumen penelitian berupa tes pada ranah kognitif berbentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban.
Setelah melaksanakan pretest, kelas eksperimen mendapatkan nilai terendah 2 dan tertinggi 4. Sedangkan hasil pretest kelas kontrol mendapatkan nilai terendah 2 dan tertinggi 4. Nilai rata – rata kelas eksperimen sebesar 3,2 sedangkan kelas kontrol sebesar 3,12. Variansi kelas eksperimen adalah 0,4233 dan simpangan baku sebesar 0,6506. Sedangkan variansi kelas kontrol adalah 0,280 dan simpangan baku sebesar 0,529.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan koefisien reliabilitas pada uji coba soal ialah sebesar 0,74618 (level tinggi). Dari penelitian didapatkan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan nilai terendah 5,5 dan nilai tertinggi 9. Sedangkan hasil belajar kelas kontrol ialah nilai terendah 4 dan nilai tertinggi 8,5.
Hasil perhitungan untuk uji homogenitas dengan uji kesamaan dua variansi menyimpulkan bahwa data berasal dari data homogen (Fhitung = 0,827 dan Ftabel = 1,98). Hasil uji perhitungan normalitas didapatkan L0 hitung kelas eksperimen = 0,13 dan L0 hitung kelas kontrol = 0,11. Sedangkan L0 tabel dengan taraf signifikansi α=5% dengan n=25 ialah 0,17. sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut berasal dari data yang berdistribusi normal.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t didapatkan nilai thitung sebesar 3,54 dan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk = 48 adalah 1,684. Karena thitung > ttabel (3,54 > 1,68) maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada standar kompetensi memahami dasar - dasar elektronika dengan menggunakan metode contextual teaching and learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan
metode ekspositori.
ABSTRACT
Hendra Hernawan, Difference Learning Outcomes Understanding Basic Competency Standards - Basic Electronics Learning Method Using Contextual Teaching And Learning (CTL) and Learning Method Using expository In SMKN 34 Jakarta (Experimental Study In Class X Student Competency Expertise Installation of Power Engineering at SMK Negeri 34 Jakarta). Supervising Faried Wadjdi and EDI Sutadi.
The study aims to determine differences in learning outcome standards of competence to understand the basics - basic electronics in class X (ten) using the learning method Contextual Teaching and Learning (CTL) and expository teaching method. Research conducted at SMK Negeri 34 Jakarta since October 2010 to December 2010. The sample used is a student of class X (ten) divided into two classes namely XL1 and XL2. Sampling was conducted using random cluster sampling of 25 students in grade 25 students on the XL1 and XL2. The research instrument in the form of the cognitive tests in the form of multiple choice with 5 possible answers.
After conducting pretest, an experimental class to get the highest value of the lowest 2 and 4. While the results of pretest control class get the highest value of the lowest 2 and 4. Value - average grade of 3.2 while the experimental class for controls 3.12. Experimental class variance is 0.4233 and standard deviation of 0.6506. While the control class variance is 0.280 and standard deviation of 0.529.
Based on the calculation of reliability coefficients obtained in the trial is a matter of 0.74618 (high level). This research has shown the results of an experimental class students with the lowest value of 5.5 and the highest value of 9. While the results of studying the control class is the lowest 4 and highest value of 8.5. The result of calculation to test homogeneity of vriance test of the similarity of two concluded that the data derived from homogeneous data (Fcount = 0.827 and Ftable = 1.98). The result of the calculation test normality count obtained experimental class L0 and L0 = 0.13 = 0.11 control class count. While L0 tables with significance level α = 5% with n = 25 is 0.17. so that it can be concluded that these two classes derived from the normal distribution of data.
Based on hypothesis testing using t test tcount obtained at 3.54 and ttable value at significance level α = 0.05 and df = 48 is 1.684. Because tcount> ttable (3.54> 1.68), then H0 is rejected. It can be concluded that student learning outcomes in the standard of competence to understand the basics – basic electronics by using contextual teaching and learning (CTL) is higher than the learning outcomes of students who use the expository method.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan persaingan dalam era globalisasi dan perdagangan bebas, setiap bangsa dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang menjadi salah satu modal untuk menghadapi era tersebut. Begitu pula dengan usaha meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang dapat bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.1
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan terobosan baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik secara mandiri maupun pembelajaran di kelas. Inovasi model-model pembelajaran sangat diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik, peningkatan efesiensi dan efektifitas pembelajaran menuju pembaharuan. Agar pembelajaran lebih optimal maka media pembelajaran harus efektif dan selektif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan di dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi dimungkinkan karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang di berikan oleh guru tersebut.
Kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik merupakan hal yang wajar yang dialami oleh guru sebagai pengembang ilmu. Peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efesien bagi peserta didik bukan hanya pembelajaran yang bersifat ekspositori. Pilihan strategi dalam pembelajaran menjadi sangat penting ketika guru menyiapkan proses pengajaran. Pengajaran konstektual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswi TK sampai dengan SMK maupun SMA untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran konstekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata. Dalam standar kompetensi memahami dasar – dasar elektronika, biasanya metode pengajaran yang dilakukan oleh guru adalam metode pengajaran ekspositori. Guru dalam melakukan pembelajaran memahami dasar – dasar elektronika sering dilakukan dengan cara menularkan pengetahuan, memberikan informasi melalui lisan. Disini yang aktif adalah guru sedangkan siswa hanya mencatat dan mendengarkan sehingga siswa hanya pasif mencatat dan mendengarkan sehinga aktivitas dan kreativitas siswa kurang tampak. Cara pembelajaran dirasa membosankan dan tidak menarik perhatian siswa. Oleh karenanya perlu adanya pendekatan pembelajaran. Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam proses pembelajaran, yang disebabkan karena dalam proses siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan klasikal.
Dari beberapa model pembelajaran, ada model pembelajaran yang menarik dan dapat memicu peningkatan pemahaman siswa yaitu model pembelajaran CTL. Pada dasarnya, pembelajaran CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Dalam pembelajaran , siswa harus dapat mengembangkan ketrampilan dan pemahaman konsep untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dengan model pembelajaran CTL akan mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional. Di samping juga akan mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan analitis. Karena siwa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara kritis dan mandiri.
Adapun beberapa alasan mengapa pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning/CTL) dikembangkan pada masa sekarang. Sejumlah alasan tersebut antara lain:penerapan konsteks budaya dan pengembangan silabus,penyusunan buku pedoman guru dan buku teks akan mendorong sebagian besar siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan, penerapan konteks sosial dalam pengembangan silabus, buku pedoman dan buku teks dapat meningkatkan kualitas masyarakat memungkinkan masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat, penerapan konsteks personal yang dapat meningkatkan komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat, penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan sosial serta penerapan konteks ekonomi akan meningkatkan pemahaman tentang berbagai isu berpengaruh terhadap masyarakat Dalam kelas CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas.
Maka penelitian dalam skripsi akan melihat perbedaan penggunaan metode CTL dengan metode ekspositori terhadap hasil belajar siswa SMKN 34 kelas X pada standar kompetensi memahami dasar – dasar elektronika. Hasil dalam penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penerapan penggunaan CTL terhadap hasil belajar siswa yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan proses belajar mengajar di sekolah.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dapat penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan yang menggunakan pendekatan ekspositori pada standar kompetensi memahami dasar – dasar elektronika di SMKN 34 Jakarta”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas X (sepuluh) Kompetensi Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMKN 34 Jakarta, pada standar kompetensi memahami dasar – dasar elektronika antara yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan menggunakan pendekatan ekspositori. Sehingga hasil penelitian bisa dijadikan alternatif metode pembelajaran dalam upaya pengembangan dan meningkatkan kualitas belajar siswa di sekolah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Hakikat Belajar
Pada hakikatnya setiap manusia memiliki rasa dan keinginan untuk engembangkan potensi yang ada pada dirinya, dan selalu ingin mengetahui hal yang baru terhadap segala suatu yang ada pada sekitarnya. Dari situlah timbul suatu sikap dan keinginan untuk belajar agar dirinya menjadi lebih baik.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan bentuk interaksi dengan lingkungannya. Dalam arti luas belajar merupakan: Proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sesuatu mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam beberapa aspek kehidupan atau suatu pengalaman yang terorganisasi.
Belajar menurut Hintzman adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku (behavior change) pada organisme tersebut.
Perubahan tingkah laku tersebut karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor seperti: bahan yang dipelajari, faktor instrumental, lingkungan, dan kondisi individual si pelajar. Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian rupa, agar mempunyai pengaruh yang membantu tercapainya kompetensi secara optimal. Sadiman mengartikan belajar sebagai suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nantinya. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah dengan perubahan tingkah laku pada dirinya. Menurut Hamalik, belajar adalah pertumbuhan dari seorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru terkait pengalaman dan latihan.4 Belajar juga dapat diartikan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Pada prinsipnya seseorang yang belajar mempunyai tujuan dari belajar yang diperolehnya. Ketika proses belajar yang diperoleh dari sekolah formal, maka tujuan belajar yang diinginkan telah tersusun untuk setiap angkatan tertentu. Tujuan akhir belajar mengarahkan siswa pada pencapaian hasil belajar nantinya. Belajar meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan intelegensi.
Dalam proses belajar terdapat dua faktor penting yang berpengaruh pada proses belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor ekstenal. Faktor internal adalah faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa itu sendiri, misalnya berupa kemampuan yang dimilikinya, minat dan perhatiannya, kebiasaan, usaha dan motivasi serta masih banyak lagi yang lain. Sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan lembaga pendidikan dan lingkungan masyarakat. Diantara ketiga lingkungan tersebut yang paling besar pengaruhnya terhadap proses adalah lingkungan lembaga pendidikan seperti, sarana prasarana, fasilitas pendidikan, kurikulum, model mengajar yang
diterapkan. Lingkungan lembaga pendidikan merupakan lingkungan tempat siswa berinteraksi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada dirinya. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan dari definisi belajar. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku disebabkan oleh proses pengalaman sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
2. Hakekat Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
a) Pengertian Pendekatan Pengajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian Dewey(1916) yang menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa akan lebih baik jika apa yang dipelajarinya terkait dengan apa yang diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Pembelajaran menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok.
b) Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching and Learning
Pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu:
1. Kontruktivisme
2. Menemukan ( Inquiry )
3. Bertanya
4. Masyarakat Belajar (learning community)
5. Permodelan
6. Refleksi
7. Penilaian yang sebenarnya.
c) Langkah-langkah Penerapan Pendekatan CTL di Kelas
1. Kembangkan pemikiran
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik..
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar, belajar dalam kelompok
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi diakhiri pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
3. Hakikat Memahami Dasar-Dasar Elektronika.
Memahami dasar-dasar elektronika yang merupakan salah satu Standar Kompetensi dalam Program Pemanfaatan Teknik Listrik yang merupakan salah satu Program Produksi yang di ajarkan di SMK. Memahami dasar-dasar elektronika merupakan dasar dari materi mengenai Teknik Kelistrikan.
Materi memahami dasar-dasar elektronika di ajarkan kepada siswa kelas X Pemanfaatan Teknik Listrik. Alokasi waktu dalam satu semester untuk standar kompetensi memahami dasar-dasar elektronika mencapai 62 jam pelajaran. Dimana dalam satu semester terdapat 4 Kompetensi Dasar yang harus dipahami oleh siswa. Diantaranya Memahami konsep dasar elektronika, memahami simbol komponen elektronika, memahami sifat-sifat komponen elektronika pasif. Menggambar karakteristik komponen elektronika.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran standar kompetensi memahami dasar – dasar elektronika yang menggunakan pendekatan contextual teaching and learning lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang enggunakan metode ekspositori.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta
Hamalik, Oemar. 1982. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Tarsito: Bandung
Hamalik. Oemar. 2002. Pendekatan Guru Berbasis Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta
Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Jurusan Sejarah FIPS IKIP Bandung
Husein, U dan Purnomo S, 2006. Pengantar Statistika, Bumi Aksara: Jakarta Jugiyanto, 2006, Filosofi, Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus, Penerbit Andi: Yogyakarta
Masidjo, 1995. Pencapaian Hasil belajar Siswa di Sekolah, Kanisius: Yogyakarta
Mudyaharjo, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan, Raja Grafindo Persada: Jakarta
Muhibbinsyah, 1997, Psikologi Pendidikan, Rosda Karya: Bandung
Nasution, S. 1964. Didaktik Azas-Azas Mengajar, Jammer. Bandung
Nawari, Hadari dan Martiani Hadari, 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Nurhadi. 2004. Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Penerbit Universitas Negeri Malang. Malang
Oemar Hamalik, 1989, Metodologi Pengajaran, Mandar Maju: Bandung
Purwanto, Ngalim, 1987, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya: Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar